28 Januari 2011

Banda Aceh Bukan Kota Pelajar

Tiap tahun, ketika universitas-universitas mulai membuka penerimaan mahasiswa baru. Banda Aceh selalu kedatangan tamu yang tak diundang maupun diundang yaitu para pelajar dengan jiwa muda dan semangat berapi-api dari berbagai kabupaten di Aceh. Mereka datang berbondong-bondong untuk mendaftar di universitas idaman mereka ataupun universitas-universitas yang sesuai dengan kantong orang tua mereka ataupun kemampuan mereka. Tak peduli walaupun nantinya harus berdesak-desakan tidur karena menumpang tinggal di kost kakak ataupun abangnya. Yang penting bagi mereka adalah bisa kuliah di Banda Aceh. Begitu juga dengan orang tua mereka, tak enak rasanya jika tidak menceritakan pada tetangga-tetangga bahwa anak mereka telah berangkat ke Banda Aceh untuk mendaftar kuliah di sebuah universitas, ada rasa bangga yang tak terhingga bagi mereka begitulah yang mungkin mereka rasakan.
Yah Banda Aceh adalah kota yang selalu menjadi pusat perhatian pelajar untuk menuntut ilmu sehingga kesannya Banda Aceh adalah kota pelajar namun di sisi lain Banda Aceh juga terkesan bukan kota pelajar. Mengapa demikian? Menurut penulis hal ini bisa dilihat dari 2 sudut pandang. Yang pertama, menjamurnya warung kopi di Banda Aceh apalagi ada layanan plus-plusnya seperti wi-fi gratis. Jika diperhatikan kebanyakan pengunjungnya adalah para pelajar/mahasiswa. Mereka datang dengan membawa laptop dan rela menghabiskan waktu berjam-jam disana. Bersyukur memang karena mereka tidak gaptek atau gagap teknologi tapi jika ditilik lebih dalam sebenarnya mereka adalah gamu yaitu gagap ilmu. Gagap ilmu adalah kurangnya akses sesorang dalam mencari perkembangan terbaru dalam bidang pengetahuan (sains) yang notabennya kita tahu bahwa ilmu tidak bersifat statis. Tentang tujuh kejaiban dunia misalnya, dulu kita diajarkan oleh guru bahwa yang termasuk dalam 7 keajaiban dunia itu adalah Candi Borobudur di Indonesia, Piramida di Mesir, Tajmahal di India, menara Eiffel di Perancis, menara Pisa di Italia, Kakbah di Mekah dan Tembok China di China. Jika sekarang ini anda masih menyebut candi borobudur sebagai 7 kejaiban dunia, salahlah anda, karena pada tanggal 7 juli 2007 di Lisbon, Portugal telah diumumkan 7 keajaiban dunia yang terbaru. Dan Borubudur yang menjadi kebanggaan indonesia sudah tidak termasuk lagi hanya beberapa dari 7 kejaiban dunia itu yang masih bertahan seperti tajmahal dan tembok China. Jelas lah sudah bahwa ilmu itu dinamis dan kita harus mengikutinya, jika tidak, gamu (gagap ilmu)lah anda. Gamu (gagap ilmu)nya pelajar/mahasisiwa disebabkan karena Layanan wi-fi yang disuguhkan bukan digunakan untuk mengakes informasi yang bersangkutan dengan sekolah ataupun kuliah tapi digunakan untuk akses facebook, chatting, game online dan lain-lain.
Yang kedua adalah mirisnya toko buku di banda aceh mungkin lebih tepatnya di aceh. Yang ada hanya berjamurnya pusat pembelanjaan karena memang rakyat aceh hobi shopping, tak peduli berapa gocek yang di rogoh demi sebuah prestise. Pembangunan Hermes Palace Mall juga tak lama lagi rampung. Kelihatannya akan banyak dikunjungi pembeli sama seperti dengan pusat pembelanjaan lainnya, memang mudah mencari pusat pembelanjaan di aceh. Namun kemana anda akan pergi jika ingin membeli buku? Tak tahu pergi kemana! Yah karena memang tidak ada pusat toko buku di banda aceh. Yang ada hanya toko buku berbentuk ruko yang kelengkapan bukunya sangat minus.
Jika seandainya, hermes palace mall adalah toko buku, jika seandainya shopping center adalah toko buku, jika seandainya pante perak adalah toko buku jika seandainya bangunan megah apapun yang ada di banda aceh adalah toko buku kita tidak akan bingung pergi kemana jika ingin beli buku, tak perlu harus memesan buku ke medan yang pemesanannya membutukan waktu lama dan tak perlu juga harus mengunjungi beberapa toko buku yang sangat menguras tenaga sehingga jika mencari buku kita hanya mentok pada sebuah toko buku layaknya kita belanja kebutuhan sehari-hari kita hanya perlu datang ke pante perak atanpa harus datang ke swalayan lain.
Seharusnya banda aceh sebagai pusat kota pelajar memiliki sebuah toko buku yang besar sebagai salah satu sarana dalam upaya meningkatkan minat baca agar pelajar/masyarakat tidak gagap ilmu. Oleh karena itu pemerintah jangan hanya memajukan bidang lainnya tapi bidang pendidikan juga harus diperhatikan agar Aceh memiliki peringkat IPM yang bagus dimasa mendatang karena mulai dari tahun 2006-2007 Aceh selalu menduduki peringkat ke 18 dari 33 provinsi yang memiliki IPM (indeks prestasi manusia) terendah (BPS, 2007). Kita ketahui bahwa semkin tinggi IPM sebuah provinsi menandakan bahwa provinsi itu memiliki masyarakat yang cerdas dan pintar. sebuah kata-kata bijak dari Tanto Wiyahya sebagai duta baca indonesia “orang yang tidak banyak tahu adalah orang yang malas membaca, biasanya orang yang malas membaca tidak pintar (bodoh), dan kebodohan itu sangat dekat dengan kemiskinan”.




Mutia Firnanda
PO 7131008021
Reguler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar