15 Februari 2011

Piala Adipura tidak mampu mengharumkan Aceh

Piala Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Program Adipura difokuskan untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi “kota bersih dan teduh”
Meraih piala adipura adalah prestasi besar dan salah satu lambang kesuksesan seorang kepala daerah dalam masa kepemerintahannya. Bukan hanya itu saja, piala adipura memiliki prestise tersendiri bagi daerah itu. Oleh karena itu para kepala daerah berlomba-lomba memperebutkannya.
Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh, 17 tahun silam pernah meraih piala adipura dua kali berturut-turut yaitu tahun 1995 dan 1996. Tahun-tahun selanjutnya Banda Aceh tidak pernah lagi mengukir namanya di piala adipura. Setelah sekian lama vakum , akhirnya masa gemilang itu terulang kembali, Banda Aceh berhasil meraih piala adipura pada tahun 2009. Sepertinya Banda Aceh tidak ingin masa gemilang itu beranjak darinya karena pada tahun 2010 yang bertepatan dengan peringatan hari lingkungan sedunia Banda Aceh kembali meraih adipura sebagai kota sedang terbersih di Sumatera. Masyarakat Banda Aceh senang bukan kepalang, piala adipura diarak-arak keliling banda Aceh.
Aceh boleh saja bangga karena salah satu kota di Aceh yaitu Banda Aceh mampu bersaing dengan ratusan kota lainnya di sumatera dalam memperebutkan piala adipura. Bagaimana dengan kabupaten Aceh lainnya? Sangat menyedihkan. Gayo Lues yang sebagian besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia, masuk dalam sepuluh deretan terbawah kota dan kabupaten dengan nilai indikator kesehatan paling buruk di Indonesia. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan dalam acara temu media di gedung Kementerian Kesehatan pada tanggal 26 November 2010. Penetapan peringkat ini berdasarkan 24 indikator kesehatan beberapa diantaranya indikator air bersih dan sanitasi yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007-2008.
Sangat ironis bukan? Aceh seperti dua sisi mata uang. Sisi yang satu memiliki kota yang menyandang predikat kota terbersih di sumatera sementara di satu yang sisi lain, aceh memiliki kabupaten dengan predikat sebagai kabupaten dengan nilai indikator kesehatan paling buruk di Indonesia.


Sang Pendosa Lingkungan

Sang Pendosa Lingkungan
Lingkungan hidup manusia sering disebut lingkungan hidup atau lebih singkat lingkungan saja merupakan penelaahan terhadap sikap dan prilaku manusia, dengan segenap tanggung jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya. Berbagai masalah lingkungan muncul secara bertubi-tubi . Masalah tersebut dapat berupa masalah lingkungan hidup alami yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir dan longsor; masalah oleh manusia seperti penebangan liar, kebakaran hutan, penambangan emas tanpa izin, dan pembuangan limbah yang tidak terkontrol.
Disadari atau tidak, manusia merupakan penyebab timbulnya masalah pada lingkungan sehingga bisa dikatakan manusia adalah pendosa lingkungan. Penyebabnya adalah Pertama, keputusasaan; Bagi negara berkembang seperti indonesia yang sedang berperang melawan kemiskinan tiba-tiba harus dihadapkan pada kebutuhan akan teknologi dan peralatan anti polusi yang mahal, dampak rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon. Tetapi pembangunan harus tetap berlangsung, kepentingan ekonomi dan ekologi memang harus berjalan beriringan. Keputusasaan apalagi sampai menyerah pada nasib justru akan memperburuk keadaan.
Yang kedua, godaan. Para industriawan cendurung tergoda untuk membuang limbah tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Demikian pula penduduk yang tergoda untuk membuang sampah sembarangan.
Yang ketiga, kerakusan. Kerakusan para pengusaha dalam ‘melahap’ sumber daya alam guna memasok keperluan konsumsi penduduk yang juga rakus akan kebutuhan primer maupun sekunder
Yang keempat, keangkuhan. Perasaan angkuh atau arogan dari orang yang merasa dapat menaklukan alam dapat menyebabkan kerusakan alam.
Yang kelima, kelalaian. Membiarkan para industriawan membuang limbah ke badan-badan air tanpa terkontrol dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang fatal.
Yang keenam, keprihatianan. Dalam rangka mengejar ketinggalan dengan daeragh lain, maka pertumbuhan ekonomipun menjadi satu-satunya tujuan. Akbiatnya kerusakan sumber daya alam terjadi tanpa memperhatikan daya dukung alamnya. Seperti kata David Broner (1991), “ kita tidak boleh membabi buta menentang kemajuan atau pertumbuhan (ekonomi), tetapi kita harus menentang kemajuan atau pertumbuhan ekonomi yang membabi buta.”
Yang ketujuh, kebencian. Pada saat terjadi perang Irak-Kuwait, karena rasa benci Saddam Hussein telah mengkomandokan tentaranya untuk menghancurkan 700 sumur minyak Kuwait. Tindakan ini telah menyebabkan asap hitam mencemari udara, mematika burung-burng dan serangga serta menimbulkan sakit pernafasanbagi penduduk disekitarnya. Berjuta-juta galon minyak mencemari perairan teluk, memusanahkan kehidupan yang ada diperaian tersebut. Untuk membersihkan kembali semua pencemaran tersebut akan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Dalam rangka pengelolaan lingkungan, ke tujuh dosa yang tanpa kita sadari telah kita perbuat haruslah dihindari agar lingkungan kita terbebas dari kerusakan seperti ucapan pimpinan hari bumi, Denis Hayes (1990),
“untuk apa kita selama ini berjuang begitu gigih untuk memenangkan begitu banyak peperangan jika pada akhirnya hanya untuk mendapatkan diri kita berada di ambang kehancuran lingkungan?”


Dongeng Pahlawan Hijau

Dongeng Pahlawan Hijau
Piala Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Program Adipura difokuskan untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi “kota bersih dan teduh”
Meraih piala adipura adalah prestasi besar dan salah satu lambang kesuksesan seorang kepala daerah dalam masa kepemerintahannya. Bukan hanya itu saja, piala adipura memiliki prestise tersendiri bagi daerah itu. Oleh karena itu para kepala daerah berlomba-lomba memperebutkannya.
Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh, 17 tahun silam pernah meraih piala adipura dua kali berturut-turut yaitu tahun 1995 dan 1996. Tahun-tahun selanjutnya Banda Aceh tidak pernah lagi mengukir namanya di piala adipura. Setelah sekian lama vakum , akhirnya masa gemilang itu terulang kembali, Banda Aceh berhasil meraih piala adipura pada tahun 2009. Sepertinya Banda Aceh tidak ingin masa gemilang itu beranjak darinya karena pada tahun 2010 yang bertepatan dengan peringatan hari lingkungan sedunia Banda Aceh kembali meraih adipura sebagai kota sedang terbersih di Sumatera. Masyarakat Banda Aceh senang bukan kepalang, piala adipura diarak-arak keliling banda Aceh.
Keberhasilan Banda Aceh meraih piala Adipura dua tahun berturut-turut merupakan buah dari kerja keras para petugas yang memakai seragam orange yaitu para petugas kebersihan. Di Indonesia mereka memperoleh julukan yang sangat manis, “pahlwan hijau”. Julukan itu diberikan karena jasa mereka dalam upaya turut menghujaukan lingkungan hidup.
Mungkin ada yang beranggapan bahwa julukan itu terlalu berlebihan sebab bukankah tujuan utama mereka adalah mencari nafkah dari sampah-sampah itu. Mereka tidak berpotensi muluk-muluk untuk menghijaukan limnhkungan. Disadari atau tidak, mereka merupakan bagian dari penting dari masyarakat yang terlupakan, terpinggirkan, kita cenderung menganggap sebelah mata kehadiran dan pekerjaan mereka. Bahkan pemerintahpun kurang memperhatikan kesejahteraan mereka. Gaji yang mereka perilehpun tidak seberapa tepatnya dibawah UMR. Tentu saja ini tidak cukup untuk membe;i kebutuhan sehari-hari yang harganya semakin melonjak. Belum lagi gaji yang tidak seberapa itu sering telat diberikan kepada mereka bahkan mereka pernah tidak dibayar sampai beberapa bulan. Sungguh ironis bukan? Mereka bekerja setiap hari, pagi-pagi sekali(shubuh) mereka harus sudah membersihkan jalan tapi kenapa gaji mereka sering ditahan-tahan?
Seharusnya kita berterima kasih pada mereka. Mereka lah yang senantiasa membersih sampah yang berserakan ddi jalan raya, terminal, dll. Jika tidak ada mereka bisa dipastikan sampah akan menumpuk dimana-mana, menimbulkan bau tak sedap, lingkungan menajdi tak sehat hingga akhirnya menajdi sumber penularan penyakit.



2 Februari 2011

Kasus HIV/AIDS di Aceh naik daun

Sejak tahun 2004 hingga 2009, kasus HIV/AIDS di Aceh terus meningkat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh tahun 2004, hanya ada satu kasus HIV/AIDS ditemukan di Aceh namun pada tahun 2005 menjadi dua kasus, lalu meningkat di tahun 2006 mejadi tujuh kasus dan bertambah lagi menjadi sembilan kasus di tahun 2007. Sementara tahun 2008 meningkat menjadi 11 kasus kemudian meningkat drastis pada tahun 2009 hingga menjadi 46 kasus.Di tahun 2010 ditemukan sebelas kasus sehingga berjumlah 57 kasus. Dari 46 kasus di tahun 2008, 28 penderita HIV/AIDS terpravelensi penyebaran virus HIV/AIDS melalui hubungan seks sehingga dapat menular kepada anak dan istrinya.
Sangat memalukan, Aceh yang satu-satunya provinsi di Indonesia yang menegakkan syariat islam dan bergelar Serambi Mekkah tapi menjadi sarang kasus HIV. Bahkan dari 23 kabupaten/kota di Aceh, hanya 5 Kabupaten yang belum ditemukan kasus HIV yakni Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan Kota subulussalam. Intinya sebagian besar kabupaten di Aceh sudah terkontaminasi HIV.

28 Januari 2011

Tinggalkan “Empat Sehat Lima Sempurna” (memperingati hari gizi nasional tanggal 25 Januari 2011)

Kita tentu pernah mendengar slogan “empat sehat lima sempurna” mulai dari anak TK hingga orangtua kita yang telah lanjut usia. Slogan ini telah mendarah daging hampir di seluruh pelosok di indonesia karena selalu diajarkan di setiap sekolah. Slogan ini muncul pertama kali pada tahun 1950 yang diperkenalkan oleh Prof. DR. Dr. Poerwo Soedarmo selaku Bapak Gizi Indonesia melalui Lembaga Makanan Rakyat Depkes dalam rangka melancarkan gerakan “sadar gizi”.
Pola menu “empat sehat lima sempurna” digali dari pola menu yang pada umumnya sejak dulu telah dikenal masyarakat diseluruh tanah air yang terdiri dari makanan pokok (seperti nasi, jagung, singkong dan hasil olahannya seperti mie, bihun, makaroni dan sebagainya) berperan sebagai sumber utama energi/karbohidrat, lauk pauk (ikan, daging, ayam, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe dan tahu) sebagai sumber protein, sayur dan buah sebagai sumber mineral dan vitamin. Karena menu ini terdiri atas empat macam makanan dan ternyata sehat sehingga untuk mudah mengingatnya diciptakanlah slogan “ empat sehat”. Susu mengandung protein bernilai biologi tinggi dan zat-zat gizi esensial lain dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap maka susu dianjurkan sebagai unsur kelima bagi kelompok yang membutuhkan lebih banyak protein seperi balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Dengan demikian bila menu “empat sehat” ditambah dengan susu akan menjadi menu “lima sempurna” lebih tepatnya “empat sehat lima sempurna”.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berjalannya waktu, slogan “empat sehat lima sempurna” menimbulkan persepsi di masyarakat bahwa susunan hidangan akan menjadi tidak sempurna tanpa kehadiran susu. Apalagi dengan semakin gencarnya promosi produk susu di televisi membuat para ibu berfikir bahwa bayi dan balitanya harus diberi susu jika menginginkan mereka sehat. oleh karena itu slogan ini banyak dikaji dan disoroti oleh para pemerhati.
Gizi Seimbang “pengganti” Empat Sehat Lima Sempurna
Konferensi Gizi Internasional yang diadakan di Roma pada tahun 1992 merekomendasikan agar setiap negara menyusun Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk mencapai dan memelihara kesehatan serta kesejahteraan gizi (nutrition well-being). Indonesia saat itu menghadiri dan menandatangani rekomendasi tersebut. Indonesia menyusun Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan menjabarkannya sebagai 13 pesan dasar yang disebut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Kemudian PUGS ini dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes pada tahun 1995. Sejak saat itu slogan “empat sehat Lima Sempurna” telah diganti dengan “Pedoman Umum Gizi Seimbang”.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktik untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
Pertama, Makanlah aneka ragam makanan. Makanan yang beraneka ragam harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan bahkan serat makanan dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing-masing kelompok (bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu menyusui, orang dewasa dan lansia).
Kedua, Makanlah makanan untuk mencukupi kebutuhan energi;Energi dan tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak, serta protein. Energi dibutuhkan untuk metabolisme dasar dan untuk aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi dapat menyebabkan obesitas (kegemukan) dan kekurangan energi dapat menyebabkan kurang gizi seperti marasmus.
Ketiga, Makanlah makanan sumber kabohidrat setengah dari kebutuhan energi. Seyogyanya 50%-60% dari kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks atau sekitar 3-4 piring nasi. Konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula sebaiknya tidak melebihi 3-4 sdm gula/hari.
Keempat, Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Konsumsi lemak/minyak dianjurkan tidak melebihi 20% dari total energi. Kelebihan konsumsi lemak/minyak jenuh beresiko obesitas dan dislipidemia
Kelima, Gunakan garam beryodium. Penggunaan garam beryodium dapat mencegah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) seperti gondok, kretinisme (kerdil).
Keenam, Makanlah makanan sumber zat besi. Makanan seperti syuran hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging perlu dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk mencegah anemia
Ketujuh, Berikan ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian asi ekslusif sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai berumur 6 bulan.
Kedelapan, Biasakan makan pagi. Makan pagi akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktivitas dalam bekerja.
Kesembilan, Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air minum harus bersih dan bebas kuman. Minumlah air bersih sampai 2 liter perhari. Konsumsi air yang cukup dapat menghindari dehidrasi dan akan menurunkan resiko infeksi serta batu ginjal
Kesepuluh, Lakukan kegiatan fisik dan olehraga yang teratur. Kegiatan ini akan membantu mempertahan berat badan normal, meningkatkan kesegaran tubuh, memperlancar aliran darah dan mencegah osteoporosis
Kesebelas, Hindari minuman beralkohol. Alkohol, rokok, obat-obat terlarang dapat menyebabkan resiko penyakit degeneratif, vaskuler dan kanker.


Kedua belas, Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung kuman, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan makanan yang diolah dngan baik sehingga unsur gizi serta cita rasanya tidak rysak merupakan makanan yang aman dan baik bagi kesehatan.
Ketiga Belas, Bacalah label pada makanan yang dikemas. Konsumen yang memeperhatikan label (tanggal kadaluarsa, kandungan gizi dan bahan aditif yang digunkana) akan terhindar dari makanan yang rusak, tidak bergizi dan makanan yang berbhaya.

Sumber :
1. Dirjen Binkesmas Depkes RI. 1996/1997. 13 Pesar Dasar Gizi Seimbang, cetakan III,
2. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT SUN

Banda Aceh Bukan Kota Pelajar

Tiap tahun, ketika universitas-universitas mulai membuka penerimaan mahasiswa baru. Banda Aceh selalu kedatangan tamu yang tak diundang maupun diundang yaitu para pelajar dengan jiwa muda dan semangat berapi-api dari berbagai kabupaten di Aceh. Mereka datang berbondong-bondong untuk mendaftar di universitas idaman mereka ataupun universitas-universitas yang sesuai dengan kantong orang tua mereka ataupun kemampuan mereka. Tak peduli walaupun nantinya harus berdesak-desakan tidur karena menumpang tinggal di kost kakak ataupun abangnya. Yang penting bagi mereka adalah bisa kuliah di Banda Aceh. Begitu juga dengan orang tua mereka, tak enak rasanya jika tidak menceritakan pada tetangga-tetangga bahwa anak mereka telah berangkat ke Banda Aceh untuk mendaftar kuliah di sebuah universitas, ada rasa bangga yang tak terhingga bagi mereka begitulah yang mungkin mereka rasakan.
Yah Banda Aceh adalah kota yang selalu menjadi pusat perhatian pelajar untuk menuntut ilmu sehingga kesannya Banda Aceh adalah kota pelajar namun di sisi lain Banda Aceh juga terkesan bukan kota pelajar. Mengapa demikian? Menurut penulis hal ini bisa dilihat dari 2 sudut pandang. Yang pertama, menjamurnya warung kopi di Banda Aceh apalagi ada layanan plus-plusnya seperti wi-fi gratis. Jika diperhatikan kebanyakan pengunjungnya adalah para pelajar/mahasiswa. Mereka datang dengan membawa laptop dan rela menghabiskan waktu berjam-jam disana. Bersyukur memang karena mereka tidak gaptek atau gagap teknologi tapi jika ditilik lebih dalam sebenarnya mereka adalah gamu yaitu gagap ilmu. Gagap ilmu adalah kurangnya akses sesorang dalam mencari perkembangan terbaru dalam bidang pengetahuan (sains) yang notabennya kita tahu bahwa ilmu tidak bersifat statis. Tentang tujuh kejaiban dunia misalnya, dulu kita diajarkan oleh guru bahwa yang termasuk dalam 7 keajaiban dunia itu adalah Candi Borobudur di Indonesia, Piramida di Mesir, Tajmahal di India, menara Eiffel di Perancis, menara Pisa di Italia, Kakbah di Mekah dan Tembok China di China. Jika sekarang ini anda masih menyebut candi borobudur sebagai 7 kejaiban dunia, salahlah anda, karena pada tanggal 7 juli 2007 di Lisbon, Portugal telah diumumkan 7 keajaiban dunia yang terbaru. Dan Borubudur yang menjadi kebanggaan indonesia sudah tidak termasuk lagi hanya beberapa dari 7 kejaiban dunia itu yang masih bertahan seperti tajmahal dan tembok China. Jelas lah sudah bahwa ilmu itu dinamis dan kita harus mengikutinya, jika tidak, gamu (gagap ilmu)lah anda. Gamu (gagap ilmu)nya pelajar/mahasisiwa disebabkan karena Layanan wi-fi yang disuguhkan bukan digunakan untuk mengakes informasi yang bersangkutan dengan sekolah ataupun kuliah tapi digunakan untuk akses facebook, chatting, game online dan lain-lain.
Yang kedua adalah mirisnya toko buku di banda aceh mungkin lebih tepatnya di aceh. Yang ada hanya berjamurnya pusat pembelanjaan karena memang rakyat aceh hobi shopping, tak peduli berapa gocek yang di rogoh demi sebuah prestise. Pembangunan Hermes Palace Mall juga tak lama lagi rampung. Kelihatannya akan banyak dikunjungi pembeli sama seperti dengan pusat pembelanjaan lainnya, memang mudah mencari pusat pembelanjaan di aceh. Namun kemana anda akan pergi jika ingin membeli buku? Tak tahu pergi kemana! Yah karena memang tidak ada pusat toko buku di banda aceh. Yang ada hanya toko buku berbentuk ruko yang kelengkapan bukunya sangat minus.
Jika seandainya, hermes palace mall adalah toko buku, jika seandainya shopping center adalah toko buku, jika seandainya pante perak adalah toko buku jika seandainya bangunan megah apapun yang ada di banda aceh adalah toko buku kita tidak akan bingung pergi kemana jika ingin beli buku, tak perlu harus memesan buku ke medan yang pemesanannya membutukan waktu lama dan tak perlu juga harus mengunjungi beberapa toko buku yang sangat menguras tenaga sehingga jika mencari buku kita hanya mentok pada sebuah toko buku layaknya kita belanja kebutuhan sehari-hari kita hanya perlu datang ke pante perak atanpa harus datang ke swalayan lain.
Seharusnya banda aceh sebagai pusat kota pelajar memiliki sebuah toko buku yang besar sebagai salah satu sarana dalam upaya meningkatkan minat baca agar pelajar/masyarakat tidak gagap ilmu. Oleh karena itu pemerintah jangan hanya memajukan bidang lainnya tapi bidang pendidikan juga harus diperhatikan agar Aceh memiliki peringkat IPM yang bagus dimasa mendatang karena mulai dari tahun 2006-2007 Aceh selalu menduduki peringkat ke 18 dari 33 provinsi yang memiliki IPM (indeks prestasi manusia) terendah (BPS, 2007). Kita ketahui bahwa semkin tinggi IPM sebuah provinsi menandakan bahwa provinsi itu memiliki masyarakat yang cerdas dan pintar. sebuah kata-kata bijak dari Tanto Wiyahya sebagai duta baca indonesia “orang yang tidak banyak tahu adalah orang yang malas membaca, biasanya orang yang malas membaca tidak pintar (bodoh), dan kebodohan itu sangat dekat dengan kemiskinan”.




Mutia Firnanda
PO 7131008021
Reguler

kumpulan judul Karya Tulis Ilmiah (KTI) kelas Reguler 2010


1.           FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PENYAPIHAN PADA BALITA

2.           HUBUNGAN POLA MAKAN SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI DESA BAYU ACEH BESAR

3.           HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM DAN ASI EKSLUSIF DI LAMPENERUT, KABUPATEN ACEH BESAR

4.           PENGARUH PENAMBAHAN GADUNG TERHADAP DAYA TERIMA TIMPHAN

5.           HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN ANAK PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN

6.           HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN SIKAP ANAK SEKOLAH DASAR KELAS V DAN VI DALAM MEMILIH MAKANAN JAJANAN DI DESA MENASAH MANYANG LAM LHOM

7.           HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DARI MP-ASI PADA BAYI 6-12 BULAN

8.           HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN BERGIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

9.           FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI MERDUATI KOTA BANDA ACEH

10.        HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN IKAN DAN PROTEIN TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA SISWA KELAS 1 SMP DARUL IMARAH, ACEH BESAR

11.        PENGARUH LAMA DAN PERENDAMAN DALAM MINYAK DAN AIR GARAM TERHADAP DAYA TERIMA KENTANG GORENG

12.        HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN POLA KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI MURID MIN

13.        PENGGUANAAN GARAM BERYODIUM PADA KELUARGA MURID SDN 1 DI DAREAH PEGUNUNGAN DENGAN SD NEGERI ...

14.        HUBUNGAN STRESS TERHADAP TERJADINYA OBESITAS PADA REMAJA DI SMAN 1

15.        FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBESITAS DI GAMPONG RAYA DAGANG KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUN DENGAN PERSEN LEMAK TUBUH

16.        ANALISIS KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIET MAKANAN PADA PENDERITA  PENYAKIT THYPOID DI ULEE KARENG, BANDA ACEH

17.        HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, PENDAPATAN DAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

18.        HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA KELUARGA DENGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DALAM KEAMANAN PANGAN
19.        HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEGETAHUAN IBU SERTA PENDAPATAN KELUARGA DENGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO PADA BALITA

20.        HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL DAN BUDAYA TERHADAP STATUS GIZI MASYARAKAT DI DUSUN PODIHAGU, ULEE KARENG

21.        FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN ALAT-ALAT STIMULASI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH

22.        PENGARUH STATUS GIZI DAN KONSUMSI TABLET FE IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI DESA GELANGGANG LABU KECAMATAN PEUSANGAN SELATAN

23.        PENGARUH ASUAPAN MAKANAN DAN STATUS GIZI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK DI DESA LAMGUGOP

24.        PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN PASCA BEDAH D RSU MEURAXA BANDA ACEH

25.        ANALISIS PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DI RSU BANDA ACEH

26.        ANALISI ZAT GIZI PADA KELAPA GONSENG

27.        PERBEDAAN STATUS GIZI ANAK BALITA BERDASARKAN POLA PENGASUHAN

28.        PENGARUH BANYAKNYA KONSUMSI IKAN TERHADAP CACINGAN PADA ANAK DI DESA JURONG BINJE

29.        FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETRAMPILAN KADER POSYANDU DALAM PENYAMPAIAN PESAN GIZI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ULEE KARENG, KOTA BANDA ACEH

30.        PERBEDAAN HYGINE DAN SANITASI PENJAMAH MAKANAN RSU MEURAXA DENGAN RSU ZAINAL ABIDIN DI KOTA BANDA ACEH

31.        FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN BB  IBU HAMIL DI PUSKESMAS PELANGGAHAN KECAMATAN KUTA RAJA KABUPATEN ACEH BESAR

32.        PENGARUH MAKANAN GULA TERHADAP DAYA TERIMA SIRUP MELON PADA MASYARAKAT DI DESA LAMBARO KECAMATAN INGIN JAYA, ACEH BESAR