15 Februari 2011

Piala Adipura tidak mampu mengharumkan Aceh

Piala Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Program Adipura difokuskan untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi “kota bersih dan teduh”
Meraih piala adipura adalah prestasi besar dan salah satu lambang kesuksesan seorang kepala daerah dalam masa kepemerintahannya. Bukan hanya itu saja, piala adipura memiliki prestise tersendiri bagi daerah itu. Oleh karena itu para kepala daerah berlomba-lomba memperebutkannya.
Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh, 17 tahun silam pernah meraih piala adipura dua kali berturut-turut yaitu tahun 1995 dan 1996. Tahun-tahun selanjutnya Banda Aceh tidak pernah lagi mengukir namanya di piala adipura. Setelah sekian lama vakum , akhirnya masa gemilang itu terulang kembali, Banda Aceh berhasil meraih piala adipura pada tahun 2009. Sepertinya Banda Aceh tidak ingin masa gemilang itu beranjak darinya karena pada tahun 2010 yang bertepatan dengan peringatan hari lingkungan sedunia Banda Aceh kembali meraih adipura sebagai kota sedang terbersih di Sumatera. Masyarakat Banda Aceh senang bukan kepalang, piala adipura diarak-arak keliling banda Aceh.
Aceh boleh saja bangga karena salah satu kota di Aceh yaitu Banda Aceh mampu bersaing dengan ratusan kota lainnya di sumatera dalam memperebutkan piala adipura. Bagaimana dengan kabupaten Aceh lainnya? Sangat menyedihkan. Gayo Lues yang sebagian besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia, masuk dalam sepuluh deretan terbawah kota dan kabupaten dengan nilai indikator kesehatan paling buruk di Indonesia. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan dalam acara temu media di gedung Kementerian Kesehatan pada tanggal 26 November 2010. Penetapan peringkat ini berdasarkan 24 indikator kesehatan beberapa diantaranya indikator air bersih dan sanitasi yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007-2008.
Sangat ironis bukan? Aceh seperti dua sisi mata uang. Sisi yang satu memiliki kota yang menyandang predikat kota terbersih di sumatera sementara di satu yang sisi lain, aceh memiliki kabupaten dengan predikat sebagai kabupaten dengan nilai indikator kesehatan paling buruk di Indonesia.


Sang Pendosa Lingkungan

Sang Pendosa Lingkungan
Lingkungan hidup manusia sering disebut lingkungan hidup atau lebih singkat lingkungan saja merupakan penelaahan terhadap sikap dan prilaku manusia, dengan segenap tanggung jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya. Berbagai masalah lingkungan muncul secara bertubi-tubi . Masalah tersebut dapat berupa masalah lingkungan hidup alami yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir dan longsor; masalah oleh manusia seperti penebangan liar, kebakaran hutan, penambangan emas tanpa izin, dan pembuangan limbah yang tidak terkontrol.
Disadari atau tidak, manusia merupakan penyebab timbulnya masalah pada lingkungan sehingga bisa dikatakan manusia adalah pendosa lingkungan. Penyebabnya adalah Pertama, keputusasaan; Bagi negara berkembang seperti indonesia yang sedang berperang melawan kemiskinan tiba-tiba harus dihadapkan pada kebutuhan akan teknologi dan peralatan anti polusi yang mahal, dampak rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon. Tetapi pembangunan harus tetap berlangsung, kepentingan ekonomi dan ekologi memang harus berjalan beriringan. Keputusasaan apalagi sampai menyerah pada nasib justru akan memperburuk keadaan.
Yang kedua, godaan. Para industriawan cendurung tergoda untuk membuang limbah tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Demikian pula penduduk yang tergoda untuk membuang sampah sembarangan.
Yang ketiga, kerakusan. Kerakusan para pengusaha dalam ‘melahap’ sumber daya alam guna memasok keperluan konsumsi penduduk yang juga rakus akan kebutuhan primer maupun sekunder
Yang keempat, keangkuhan. Perasaan angkuh atau arogan dari orang yang merasa dapat menaklukan alam dapat menyebabkan kerusakan alam.
Yang kelima, kelalaian. Membiarkan para industriawan membuang limbah ke badan-badan air tanpa terkontrol dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang fatal.
Yang keenam, keprihatianan. Dalam rangka mengejar ketinggalan dengan daeragh lain, maka pertumbuhan ekonomipun menjadi satu-satunya tujuan. Akbiatnya kerusakan sumber daya alam terjadi tanpa memperhatikan daya dukung alamnya. Seperti kata David Broner (1991), “ kita tidak boleh membabi buta menentang kemajuan atau pertumbuhan (ekonomi), tetapi kita harus menentang kemajuan atau pertumbuhan ekonomi yang membabi buta.”
Yang ketujuh, kebencian. Pada saat terjadi perang Irak-Kuwait, karena rasa benci Saddam Hussein telah mengkomandokan tentaranya untuk menghancurkan 700 sumur minyak Kuwait. Tindakan ini telah menyebabkan asap hitam mencemari udara, mematika burung-burng dan serangga serta menimbulkan sakit pernafasanbagi penduduk disekitarnya. Berjuta-juta galon minyak mencemari perairan teluk, memusanahkan kehidupan yang ada diperaian tersebut. Untuk membersihkan kembali semua pencemaran tersebut akan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Dalam rangka pengelolaan lingkungan, ke tujuh dosa yang tanpa kita sadari telah kita perbuat haruslah dihindari agar lingkungan kita terbebas dari kerusakan seperti ucapan pimpinan hari bumi, Denis Hayes (1990),
“untuk apa kita selama ini berjuang begitu gigih untuk memenangkan begitu banyak peperangan jika pada akhirnya hanya untuk mendapatkan diri kita berada di ambang kehancuran lingkungan?”


Dongeng Pahlawan Hijau

Dongeng Pahlawan Hijau
Piala Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Program Adipura difokuskan untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi “kota bersih dan teduh”
Meraih piala adipura adalah prestasi besar dan salah satu lambang kesuksesan seorang kepala daerah dalam masa kepemerintahannya. Bukan hanya itu saja, piala adipura memiliki prestise tersendiri bagi daerah itu. Oleh karena itu para kepala daerah berlomba-lomba memperebutkannya.
Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh, 17 tahun silam pernah meraih piala adipura dua kali berturut-turut yaitu tahun 1995 dan 1996. Tahun-tahun selanjutnya Banda Aceh tidak pernah lagi mengukir namanya di piala adipura. Setelah sekian lama vakum , akhirnya masa gemilang itu terulang kembali, Banda Aceh berhasil meraih piala adipura pada tahun 2009. Sepertinya Banda Aceh tidak ingin masa gemilang itu beranjak darinya karena pada tahun 2010 yang bertepatan dengan peringatan hari lingkungan sedunia Banda Aceh kembali meraih adipura sebagai kota sedang terbersih di Sumatera. Masyarakat Banda Aceh senang bukan kepalang, piala adipura diarak-arak keliling banda Aceh.
Keberhasilan Banda Aceh meraih piala Adipura dua tahun berturut-turut merupakan buah dari kerja keras para petugas yang memakai seragam orange yaitu para petugas kebersihan. Di Indonesia mereka memperoleh julukan yang sangat manis, “pahlwan hijau”. Julukan itu diberikan karena jasa mereka dalam upaya turut menghujaukan lingkungan hidup.
Mungkin ada yang beranggapan bahwa julukan itu terlalu berlebihan sebab bukankah tujuan utama mereka adalah mencari nafkah dari sampah-sampah itu. Mereka tidak berpotensi muluk-muluk untuk menghijaukan limnhkungan. Disadari atau tidak, mereka merupakan bagian dari penting dari masyarakat yang terlupakan, terpinggirkan, kita cenderung menganggap sebelah mata kehadiran dan pekerjaan mereka. Bahkan pemerintahpun kurang memperhatikan kesejahteraan mereka. Gaji yang mereka perilehpun tidak seberapa tepatnya dibawah UMR. Tentu saja ini tidak cukup untuk membe;i kebutuhan sehari-hari yang harganya semakin melonjak. Belum lagi gaji yang tidak seberapa itu sering telat diberikan kepada mereka bahkan mereka pernah tidak dibayar sampai beberapa bulan. Sungguh ironis bukan? Mereka bekerja setiap hari, pagi-pagi sekali(shubuh) mereka harus sudah membersihkan jalan tapi kenapa gaji mereka sering ditahan-tahan?
Seharusnya kita berterima kasih pada mereka. Mereka lah yang senantiasa membersih sampah yang berserakan ddi jalan raya, terminal, dll. Jika tidak ada mereka bisa dipastikan sampah akan menumpuk dimana-mana, menimbulkan bau tak sedap, lingkungan menajdi tak sehat hingga akhirnya menajdi sumber penularan penyakit.



2 Februari 2011

Kasus HIV/AIDS di Aceh naik daun

Sejak tahun 2004 hingga 2009, kasus HIV/AIDS di Aceh terus meningkat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh tahun 2004, hanya ada satu kasus HIV/AIDS ditemukan di Aceh namun pada tahun 2005 menjadi dua kasus, lalu meningkat di tahun 2006 mejadi tujuh kasus dan bertambah lagi menjadi sembilan kasus di tahun 2007. Sementara tahun 2008 meningkat menjadi 11 kasus kemudian meningkat drastis pada tahun 2009 hingga menjadi 46 kasus.Di tahun 2010 ditemukan sebelas kasus sehingga berjumlah 57 kasus. Dari 46 kasus di tahun 2008, 28 penderita HIV/AIDS terpravelensi penyebaran virus HIV/AIDS melalui hubungan seks sehingga dapat menular kepada anak dan istrinya.
Sangat memalukan, Aceh yang satu-satunya provinsi di Indonesia yang menegakkan syariat islam dan bergelar Serambi Mekkah tapi menjadi sarang kasus HIV. Bahkan dari 23 kabupaten/kota di Aceh, hanya 5 Kabupaten yang belum ditemukan kasus HIV yakni Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan Kota subulussalam. Intinya sebagian besar kabupaten di Aceh sudah terkontaminasi HIV.